Lukisan di Atas Kain - TAWANITA
Headlines News :

Lukisan di Atas Kain

Update TAWANITARabu, 20 Juni 2012 | 12.21


Tawanita - Batik memang makin populer saat ini. Namun jenis batik yang digemari kebanyakan orang masih terbatas pada batik Solo, Yogya, Cirebon, dan lain-lainnya. Sedangkan jenis batik lain seperti Batik Kudus, misalnya, kerap terlupakan sehingga boleh dibilang sudah nyaris punah, demikian menurut Renitasari, Program Director Bakti Budaya-Djarum Foundation.

"Dengan harapan untuk mengangkat kembali Batik Kudus kepada masyarakat, kami berkolaborasi dengan beberapa desainer dengan beragam style dan ciri khas masing-masing. Hal ini dilakukan agar masyarakat semakin tahu bahwa Batik Kudus bisa dikenakan untuk semua kesempatan, dan tak kalah populer dengan batik lainnya," tukas Renita, saat acara live painting Batik Kudus di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis (14/6/2012) lalu.

Keindahan batik Kudus dihadirkan dalam sebuah pertunjukan melukis batik di atas kain oleh desainer Agnes Budhisurya. Mengambil tema suasana saat panen padi dan tembakau, karya Agnes terinspirasi oleh kehangatan matahari yang menyinari sawah. Pancaran sinar matahari dari langit biru yang berawan menghasilkan kilau butiran emas ketika menyentuh bulir padi yang sudah hampir panen.

"Warna-warna panen dari alam inilah yang dihadirkan dalam koleksi busana kali ini," kata Agnes kepada Kompas Female.

Agnes menghadirkan 41 koleksi busana terbaru, yang diolah dari berbagai kain dari batik, sutra, dan katun. Koleksinya terdiri atas gaun cocktail dan gaun sederhana untuk sehari-hari. Namun, sekilas terlihat busana ini bukan termasuk jenis siap pakai.

"Limapuluh persen koleksi ini adalah model painting custom. Namun khusus untuk kebaya dan batik adalah koleksi siap pakai," tukasnya.

Lukisan di atas kain
Dalam fashion show-nya, Agnes menyuguhkan sebuah pertunjukan unik di mana ia melukis seekor burung merak dan daun tembakau dalam selembar kain besar. Bersamaan dengan proses melukis, para model berlenggok di atas catwalk memamerkan busana karyanya. Parade busananya dibagi menjadi empat segmen yang ceritanya menggambarkan keceriaan menyambut panen.

Pada segmen pertama, Agnes menggambarkan keindahan langit biru yang cerah. Gradasi warna biru, putih, dan abu-abu tampil dalam potongan busana yang simpel. Beberapa busana simpel yang kaya warna dipadu dengan celana panjang dan bolero, sampai tunik sepanjang lutut. Untuk menonjolkan keindahan kain dan warna-warnanya, Agnes mengaku meminimalisasi penggunaan detail dalam busananya.

"Detail yang digunakan adalah embroidery dan lukisannya sendiri, tidak ada payet sama sekali," bebernya.

Koleksi pada segmen pertama ini hadir dengan teknik loose cutting, namun masih tetap terlihat feminin dan anggun. Loose cutting dipilih untuk menyamarkan ketidaksempurnaan bentuk tubuh perempuan, khususnya di bagian perut.

Keindahan dan kepiawaian Agnes dalam mengolah kain lukis ini semakin ditonjolkan dengan menghadirkan koleksi gaun lukis dalam balutan warna kuning keemasan, hijau cerah, putih, biru, sampai hijau toska. Gaun-gaun cocktail tanpa lengan sampai one shoulder tampil memikat dengan tambahan lukisan handmade pada kain. Beragam motif lukisan seperti merak, kupu-kupu, padi, dan tembakau memberikan sentuhan warna-warni dalam busananya.

"Merak merupakan lambang kejayaan dan kekayaan, sedangkan kupu-kupu, padi, dan tembakau merupakan unsur panen," jelasnya.

Kebaya dan batik Kudus
Pada sesi selanjutnya, Agnes menghadirkan koleksi busana Batik Kudus yang tampil dalam koleksi busana yang bergaya lebih kasual. Kesan elegan dihadirkan dengan sentuhan warna emas, dan warna-warna yang cenderung lebih gelap. Gaun-gaun batik yang sedikit seksi tanpa lengan dipadukan dengan beberapa mantel dan selendang lukis warna senada.

Batik rasanya tak lengkap jika tak dipadukan dengan kebaya. Sedikit berbeda dengan koleksi busana loose cutting sebelumnya, kebaya ini menggunakan teknik cutting yang slim fit agar terlihat anggun di tubuh pemakainya. Kebayanya kebanyakan menggunakan warna gelap seperti hitam, yang dipadukan dengan ornamen dan aksesori warna emas sebagai pemanisnya.

Tidak semua busana Batik Kudus yang dipamerkan menggunakan kain batik tulis. "Sayang sekali kalau kain batik tulis dipotong-potong. Jadi saya lebih banyak menggunakan batik tulis hanya sebagai kain pelengkap kebaya yang hanya dililitkan saja," jelasnya. Sebagai pengganti batik tulis, untuk gaun- gaun batik ini Agnes menggunakan kain batik print dengan motif Kudus.

Fashion show ini dimeriahkan dengan hadirnya artis Olla Ramlan yang berperan sebagai Dewi Sri (Dewi Padi). Ia mengenakan gaun megah berwarna kuning keemasan dengan tambahan ornamen etnik. Kain Batik Kudus juga dikenakan untuk melengkapi penampilannya.(kmps-twnt) Ingat!
Sarankan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
previous previous
 
Home | Profile | Contact Us | Advertise | Join Us
Desain website dikutip.com
All Right Reserved - tawanita | Inspiring For Woman
CreavindoGroup 2010 - 2012 ©
Copyright © 2012 Creative Globalindo Group - All rights reserved