Tawanita - Wanita dikenal mudah tersentuh perasaannya oleh hal-hal remeh, dan biasanya ditunjukkan dengan mudahnya kita menitikkan air mata. Oleh karena itu wanita sering dianggap lemah dan pria yang mudah menangis akan dibilang 'seperti wanita'. Padahal, faktanya ini bukan soal perasaan, namun karena hormon yang ada pada wanita.
Guess what.. pria juga memiliki hormon ini hanya saja tertolong oleh hormon testosteron mereka. Begitu pula dengan wanita yang memiliki hormon testosteron sedikit lebih tinggi dari kebanyakan wanita, dia akan cenderung susah untuk menangis. Seperti diberitakan di DailyMail, prof. Ad Vingerhoets, seorang psikolog mengepalai riset tentang menangis di University of Tilburg, Belanda.
Hasil risetnya menunjukkan bahwa pria dan wanita sebenarnya sama-sama mudah menangis, hanya saja untuk dua hal berbeda. Pria cenderung menangis di saat-saat positif, sedangkan wanita di saat negatif. Hanya satu momen yang membuat mereka kompak untuk menangis, yaitu saat berduka dan kehilangan.
Hormon yang memengaruhi hal ini adalah prolactin yang muncul sebelum dan selama seseorang menangis. Prolactin juga meningkatkan rasa putus asa seseorang ketika dia menangis. Hormon ini juga meningkat di masa-masa kehamilan serta tetap ada hingga beberapa minggu setelah melahirkan, salah satunya menyebabkan baby blue pada para ibu baru.
Pada pria, hormon testosteron bisa menghambat keinginan seorang pria untuk menangis. Namun kadar hormon ini terus menurun seiring usia, sehingga pria akan semakin mudah menangis di usia lanjut. Wanita juga memiliki hormon ini, namun kadarnya tidak dominan. Variasi kadar hormon testosteron menjelaskan mengapa satu kejadian bisa menyebabkan seorang wanita menangis, sementara temannya tidak. Selain itu, menurut prof. Vingerhoets, manusia mudah menangis atau tidak dipengaruhi oleh dua hal yaitu empati dan neurotisisme. Semakin labil emosi seseorang, maka semakin sensitif dia terhadap perasaan orang lain sehingga akan lebih mudah untuk menangis. INGAT!
Guess what.. pria juga memiliki hormon ini hanya saja tertolong oleh hormon testosteron mereka. Begitu pula dengan wanita yang memiliki hormon testosteron sedikit lebih tinggi dari kebanyakan wanita, dia akan cenderung susah untuk menangis. Seperti diberitakan di DailyMail, prof. Ad Vingerhoets, seorang psikolog mengepalai riset tentang menangis di University of Tilburg, Belanda.
Hasil risetnya menunjukkan bahwa pria dan wanita sebenarnya sama-sama mudah menangis, hanya saja untuk dua hal berbeda. Pria cenderung menangis di saat-saat positif, sedangkan wanita di saat negatif. Hanya satu momen yang membuat mereka kompak untuk menangis, yaitu saat berduka dan kehilangan.
Hormon yang memengaruhi hal ini adalah prolactin yang muncul sebelum dan selama seseorang menangis. Prolactin juga meningkatkan rasa putus asa seseorang ketika dia menangis. Hormon ini juga meningkat di masa-masa kehamilan serta tetap ada hingga beberapa minggu setelah melahirkan, salah satunya menyebabkan baby blue pada para ibu baru.
Pada pria, hormon testosteron bisa menghambat keinginan seorang pria untuk menangis. Namun kadar hormon ini terus menurun seiring usia, sehingga pria akan semakin mudah menangis di usia lanjut. Wanita juga memiliki hormon ini, namun kadarnya tidak dominan. Variasi kadar hormon testosteron menjelaskan mengapa satu kejadian bisa menyebabkan seorang wanita menangis, sementara temannya tidak. Selain itu, menurut prof. Vingerhoets, manusia mudah menangis atau tidak dipengaruhi oleh dua hal yaitu empati dan neurotisisme. Semakin labil emosi seseorang, maka semakin sensitif dia terhadap perasaan orang lain sehingga akan lebih mudah untuk menangis. INGAT!