Tawanita - da kalanya orang bekerja shift malam dan membiarkan tubuh tetap terjaga hingga larut malam. Hal ini akan membuat jam biologis tubuh terganggu. Jangan biarkan kondisi ini terjadi berlarut-larut karena dapat mempengaruhi kesuburan, terutama bagi wanita.
Dalam sebuah percobaan terhadap tikus, meninggalkan lampu ruangan tetap menyala sampai tengah malam dapat memangkas separuh tingkat kesuburan. Beberapa peneliti menduga nampaknya shift kerja malam, begadang dan gangguan tidur juga dapat mempengaruhi kesuburan manusia.
Para peneliti di Northwestern University mengganggu irama sirkadian atau jam biologis tikus betina selama 5 - 6 hari setelah dikawinkan dengan tikus jantan. Satu kelompok yang terdiri dari 18 ekor tikus mendapat tambahan paparan cahaya selama 6 jam setelah terkena cahaya matahari siang, sedangkan 18 ekor tikus lainnya hanya mendapat paparan cahaya matahari siang seperti biasa.
Di antara tikus yang mendapat tambahan paparan cahaya, hanya 20% di antaranya yang melahirkan. Sedangkan sebanyak 90% dari kelompok tikus yang terkena cahaya siang hari berhasil melahirkan. Tikus-tikus ini terpapar cahaya siang hari selama 12 jam.
Setelah melihat percobaan yang dimuat jurnal PLoS ONE ini, para peneliti menyimpulkan bahwa jam biologis juga mempengaruhi kehamilan. Mamalia dan bahkan pohon diketahui menyesuaikan jam biologisnya untuk mengontrol metabolisme dan fungsi tubuh yang lain.
"Mekanisme detailnya mungkin berbeda antar spesies, tetapi saya menduga bahwa apa yang kami temukan pada tikus akan relevan juga bagi manusia. Ada sebuah survei yang menunjukkan bahwa perawat yang bekerja shift malam lebih sering mengalami menstruasi tidak teratur dan berakibat buruk bagi kesuburannya," kata peneliti, Keith Summa seperti dilansir MyHealthNewsDaily.com, Kamis (24/5/2012).
Tapi beberapa ahli lain tidak sepakat dengan temuan ini, salah satunya adalah dr Neil Goodman, pakar endrokinologi sekaligus ketua divisi hormon seks dan obat-obatan reproduksi di American Association of Clinical Endocrinologists. Menurut dr Goodman, kesuburan wanita dalam percobaan tikus tersebut lebih dipengaruhi oleh stres.
"Ketika saya bekerja sebagai dokter di Boston, saya banyak menemui pasien wanita yang terganggu periode menstruasinya setelah terkena penyakit, salah seorang anggota keluarganya meninggal atau mengalami masalah pribadi lainnya. Semua wanita tahu bahwa setiap jenis stres dapat mengganggu periode menstruasi," kata Goodman.
Selain itu, dr Goodman juga tidak percaya jika tikus dijadikan model untuk kesuburan manusia. Tikus memiliki siklus menstruasi yang berbeda dan merespon hormon secara berbeda dibandingkan manusia. Model paling baik dalam penelitian laboratorium yang hampir menyerupai fungsi tubuh manusia adalah monyet cynomolgus, kera ekor panjang asal Asia Tenggara.
Namun beberapa ahli juga melihat pengaruh jam biologis bagi kesehatan masih belum banyak diketahui. Megan Mahoney, profesor Kronobiologi di University of Illinois, Urbana, menambahkan bahwa ada hubungan yang kuat antara kualitas tidur yang buruk dan terjadinya kanker dalam penelitian terhadap manusia dan tikus.
Dalam sebuah percobaan terhadap tikus, meninggalkan lampu ruangan tetap menyala sampai tengah malam dapat memangkas separuh tingkat kesuburan. Beberapa peneliti menduga nampaknya shift kerja malam, begadang dan gangguan tidur juga dapat mempengaruhi kesuburan manusia.
Para peneliti di Northwestern University mengganggu irama sirkadian atau jam biologis tikus betina selama 5 - 6 hari setelah dikawinkan dengan tikus jantan. Satu kelompok yang terdiri dari 18 ekor tikus mendapat tambahan paparan cahaya selama 6 jam setelah terkena cahaya matahari siang, sedangkan 18 ekor tikus lainnya hanya mendapat paparan cahaya matahari siang seperti biasa.
Di antara tikus yang mendapat tambahan paparan cahaya, hanya 20% di antaranya yang melahirkan. Sedangkan sebanyak 90% dari kelompok tikus yang terkena cahaya siang hari berhasil melahirkan. Tikus-tikus ini terpapar cahaya siang hari selama 12 jam.
Setelah melihat percobaan yang dimuat jurnal PLoS ONE ini, para peneliti menyimpulkan bahwa jam biologis juga mempengaruhi kehamilan. Mamalia dan bahkan pohon diketahui menyesuaikan jam biologisnya untuk mengontrol metabolisme dan fungsi tubuh yang lain.
"Mekanisme detailnya mungkin berbeda antar spesies, tetapi saya menduga bahwa apa yang kami temukan pada tikus akan relevan juga bagi manusia. Ada sebuah survei yang menunjukkan bahwa perawat yang bekerja shift malam lebih sering mengalami menstruasi tidak teratur dan berakibat buruk bagi kesuburannya," kata peneliti, Keith Summa seperti dilansir MyHealthNewsDaily.com, Kamis (24/5/2012).
Tapi beberapa ahli lain tidak sepakat dengan temuan ini, salah satunya adalah dr Neil Goodman, pakar endrokinologi sekaligus ketua divisi hormon seks dan obat-obatan reproduksi di American Association of Clinical Endocrinologists. Menurut dr Goodman, kesuburan wanita dalam percobaan tikus tersebut lebih dipengaruhi oleh stres.
"Ketika saya bekerja sebagai dokter di Boston, saya banyak menemui pasien wanita yang terganggu periode menstruasinya setelah terkena penyakit, salah seorang anggota keluarganya meninggal atau mengalami masalah pribadi lainnya. Semua wanita tahu bahwa setiap jenis stres dapat mengganggu periode menstruasi," kata Goodman.
Selain itu, dr Goodman juga tidak percaya jika tikus dijadikan model untuk kesuburan manusia. Tikus memiliki siklus menstruasi yang berbeda dan merespon hormon secara berbeda dibandingkan manusia. Model paling baik dalam penelitian laboratorium yang hampir menyerupai fungsi tubuh manusia adalah monyet cynomolgus, kera ekor panjang asal Asia Tenggara.
Namun beberapa ahli juga melihat pengaruh jam biologis bagi kesehatan masih belum banyak diketahui. Megan Mahoney, profesor Kronobiologi di University of Illinois, Urbana, menambahkan bahwa ada hubungan yang kuat antara kualitas tidur yang buruk dan terjadinya kanker dalam penelitian terhadap manusia dan tikus.