Tawanita - "Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan di mana Allah SWT akan meliputi kalian. Maka Diapun akan menurunkan cintaNya dan berkenan menghapus segenap dosa serta mengabulkan semua doa. Allah akan melihat kesungguhan kalian di bulan Ramadhan ini dan akan membanggakan-Nya di hadapan malaikatNya. Karenanya perlihatkanlah kepada Allah segenap kebaikan yang ada pada diri kalian. Sesungguhnya orang yang celaka dan sengsara adalah orang yang diharamkan baginya rahmat Allah pada bulan ini."
Tidak terasa, Ramadhan kembali menyapa. Bulan agung yang penuh berkah itu tak pernah jemu datang berkunjung. Penghulu segenap bulan yang sarat dengan cinta itu tak pernah letih menebar kasih. Bulan utama pemutih noda itu tak pernah lelah mengalirkan maghfirah. Dalam bulan dengan berjuta pahala itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu oleh Sang Maha Pencinta.
Karenanya, Rasulullah SAW dan para sahabat senantiasa menanti-nanti kedatangannya. Generasi terbaik itu selalu melantunkan untaian doa penyambut ramadhan, "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah usia kami hingga bulan Ramadhan." Komunitas termula itu dua bulan penuh menyesuaikan alur hidup diri dan keluarganya dengan alur Ramadhan. Nuansa Ramadhan sudah ada dalam kehidupan keluarga mereka semenjak dua bulan sebelum Ramadhan. Mereka mengerti benar bahwa berjuta cinta, nikmat dan ampunan Allah SWT melimpah ruah di dalam Ramadhan. Karenanya, manusia-manusia mulia itu tidak pernah membiarkan detik-detik Ramadhan berlalu tanpa ampunanNya. Ramadhan menjadi puncak keshalihan mereka kepada Allah SWT dan menjadi kebaikan mereka kepada sesama.
Detik-detik Ramadhan adalah detik-detik cinta. Saat kita mampu melewatinya dengan mendekat mesra kepadaNya, akan mengalirkan ke dalam sukma kita cinta dari Dzat Pemilik Cinta. Cinta seperti itulah yang akan membuat kita tak pernah letih menebar kasih kepada sesama. Cinta seperti itulah yang membuat kita menempati ruang istimewa dalam hati sesama. Cinta seperti itulah yang dianugerahkan Allah SWT kepada kekasihNya, Rasulullah SAW, sebagimana yang disampaikan Aisyah, "Rasulullah SAW adalah manusia paling dermawan. Dan beliau semakin dermawan saat bulan Ramadhan."
Segenap aktifitas ibadah Ramadhan hakikatnya adalah untuk mencintai dan dicintai Allah SWT, Dzat yang menjadi sumber cinta. Cinta itu ada dalam hati manusia dan Allah SWT adalah satu-satunya pemilik kunci hati seluruh manusia. Sehingga kalau kita ingin memenangkan cinta dalam hati pasangan kita, maka kita harus terlebih dahulu mesra dengan Dzat yang menjadi sumber cinta.
Itulah sebabnya mengapa mengakhirkan waktu makan sahur bersama keluarga disunnahkan. Karena ada cintaNya di sana. Itu pula sebabnya mengapa kita dianjurkan untuk menyegerakan berbuka. Karena ada nikmatNya di sana. Demikian pula kita diperbolehkan memadu cinta dengan pasangan kita di malam-malam Ramadhan. karena ada barakahNya di sana. Sebab itu pula mengapa i'tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan disunnahkan. Karena ada maghfirahNya di sana.
Karena itu aktifitas sahur, berbuka, shalat fardhu, tadarus Al-Qur'an, berzakat, shalat tarawih, i'tikaf dan umrah saat bulan Ramadhan adalah aktifitas cinta. Kita melakukannya karena cinta kepadaNya. Karena itu Ia akan meniupkan ruh cintaNya ke dalam jiwa kita. Tiupan ruh cinta itulah yang kemudian membuat kita menjadi lebih mampu untuk mencintai dan dicintai belahan jiwa dan buah hati kita masing-masing. Semoga karena Dzat Yang Maha Pencinta berkenan mengumpulkan kita dengan keluarga kita masing-masing untuk kemudian berjumpa denganNya di dalam surga Firdaus. Amin. INGAT!
Tidak terasa, Ramadhan kembali menyapa. Bulan agung yang penuh berkah itu tak pernah jemu datang berkunjung. Penghulu segenap bulan yang sarat dengan cinta itu tak pernah letih menebar kasih. Bulan utama pemutih noda itu tak pernah lelah mengalirkan maghfirah. Dalam bulan dengan berjuta pahala itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu oleh Sang Maha Pencinta.
Karenanya, Rasulullah SAW dan para sahabat senantiasa menanti-nanti kedatangannya. Generasi terbaik itu selalu melantunkan untaian doa penyambut ramadhan, "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah usia kami hingga bulan Ramadhan." Komunitas termula itu dua bulan penuh menyesuaikan alur hidup diri dan keluarganya dengan alur Ramadhan. Nuansa Ramadhan sudah ada dalam kehidupan keluarga mereka semenjak dua bulan sebelum Ramadhan. Mereka mengerti benar bahwa berjuta cinta, nikmat dan ampunan Allah SWT melimpah ruah di dalam Ramadhan. Karenanya, manusia-manusia mulia itu tidak pernah membiarkan detik-detik Ramadhan berlalu tanpa ampunanNya. Ramadhan menjadi puncak keshalihan mereka kepada Allah SWT dan menjadi kebaikan mereka kepada sesama.
Detik-detik Ramadhan adalah detik-detik cinta. Saat kita mampu melewatinya dengan mendekat mesra kepadaNya, akan mengalirkan ke dalam sukma kita cinta dari Dzat Pemilik Cinta. Cinta seperti itulah yang akan membuat kita tak pernah letih menebar kasih kepada sesama. Cinta seperti itulah yang membuat kita menempati ruang istimewa dalam hati sesama. Cinta seperti itulah yang dianugerahkan Allah SWT kepada kekasihNya, Rasulullah SAW, sebagimana yang disampaikan Aisyah, "Rasulullah SAW adalah manusia paling dermawan. Dan beliau semakin dermawan saat bulan Ramadhan."
Segenap aktifitas ibadah Ramadhan hakikatnya adalah untuk mencintai dan dicintai Allah SWT, Dzat yang menjadi sumber cinta. Cinta itu ada dalam hati manusia dan Allah SWT adalah satu-satunya pemilik kunci hati seluruh manusia. Sehingga kalau kita ingin memenangkan cinta dalam hati pasangan kita, maka kita harus terlebih dahulu mesra dengan Dzat yang menjadi sumber cinta.
Itulah sebabnya mengapa mengakhirkan waktu makan sahur bersama keluarga disunnahkan. Karena ada cintaNya di sana. Itu pula sebabnya mengapa kita dianjurkan untuk menyegerakan berbuka. Karena ada nikmatNya di sana. Demikian pula kita diperbolehkan memadu cinta dengan pasangan kita di malam-malam Ramadhan. karena ada barakahNya di sana. Sebab itu pula mengapa i'tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan disunnahkan. Karena ada maghfirahNya di sana.
Karena itu aktifitas sahur, berbuka, shalat fardhu, tadarus Al-Qur'an, berzakat, shalat tarawih, i'tikaf dan umrah saat bulan Ramadhan adalah aktifitas cinta. Kita melakukannya karena cinta kepadaNya. Karena itu Ia akan meniupkan ruh cintaNya ke dalam jiwa kita. Tiupan ruh cinta itulah yang kemudian membuat kita menjadi lebih mampu untuk mencintai dan dicintai belahan jiwa dan buah hati kita masing-masing. Semoga karena Dzat Yang Maha Pencinta berkenan mengumpulkan kita dengan keluarga kita masing-masing untuk kemudian berjumpa denganNya di dalam surga Firdaus. Amin. INGAT!