Tawanita - Remaja dengan berbagai permasalahan remaja menjadi salah satu prioritas program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2012.
Hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007, menyatakan pengetahuan remaja umur 15-24 tahun tentang kesehatan reproduksi masih rendah, 21% remaja perempuan tidak mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki saat pubertas.
Pengetahuan remaja tentang masa subur relatif masih rendah. Hanya 29% wanita dan 32% pria memberi jawaban benar bahwa seorang perempuan mempunyai kesempatan besar menjadi hamil pada pertengahan siklus periode haid.
Akibat dari tidak diperolehnya informasi kesehatan reproduksi dari sumber yang benar dapat berakibat buruk. Masaah yang timbul sekarang ini dikalangan remaja mereka sangat berisiko terhadap sejumlah masalah sosial dan kesehatan reproduksi yaitu kenakalan remaja, pengangguran, perilaku seksual pranikah, Napzah dan HIV/AIDS.
Dengan makin banyaknya permasalahan sebagai femonema remaja membuat BKKBN mengambil 'langkah seribu' dalam upaya mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja.
"Permasalahan remaja yang ada sekarang ini mulai dari kehamilan, seks bebas, nikah dini, narkoba, merokok dan minuman keras”, kata Deputi BKKBN Bidang Kesejahteraan dan pemberdayaan keluarga Sudibyo Alimoeso, dalam siaran persnya yang diterima INILAH.COM, Rabu (4/4).
Sudibyo menjelaskan, persoalan terkait remaja sekarang ini cukup menarik perhatian publik baik masyrakat maupun para pengambil kebijakan. Misalnya akhir-akhir ini tentang kasus merokok pada anak-anak di bawah usia malah bisa dikatakan balita sering di ekspos oleh media massa.
"Hal ini harusnya menjadi suatu keprihatinan kita, karena perilaku buruk yang dimulai sejak usia kanak-kanak akan berdampak buruk pula hingga remaja," jelas Sudibyo.
Menurut Sudibyo, masalah remaja masih menjadi salah satu prioritas program BKKBN tahun ini. Karenanya, dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, pihaknya berupaya menciptakan model keluarga berkulitas dengan membidik 64 juta generasi muda usia 15-24 tahun untuk menjadi sasaran sosialisasi Generasi Berencana (GenRe), yaitu generasi yang dapat menunda usia perkawinan, berperilaku sehat, terhindar dari resiko seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA.
Program ini diharapkan dapat mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera dan menjadi contoh bagi teman sebayanya. Langkah yang dilakukan adalah melalui pembentukan PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) baik disekolah-sekolah, Universitas maupun organisasi kepemudaan.
Mengingat permasalahan ledakan penduduk yang dapat menjadi bom waktu dan kesehatan reproduksi remaja yang krusial, untuk itu dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat sangat diperlukan dalam penggalakkan PIK-R.
"Melalui PIK-R, remaja akan memperoleh informasi dan konseling tentang reproduksi sehat dan memperoleh rujukan bila ada permasalahan terkait kesehatan reproduksi," pungkas Sudibyo.
Hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2007, menyatakan pengetahuan remaja umur 15-24 tahun tentang kesehatan reproduksi masih rendah, 21% remaja perempuan tidak mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki saat pubertas.
Pengetahuan remaja tentang masa subur relatif masih rendah. Hanya 29% wanita dan 32% pria memberi jawaban benar bahwa seorang perempuan mempunyai kesempatan besar menjadi hamil pada pertengahan siklus periode haid.
Akibat dari tidak diperolehnya informasi kesehatan reproduksi dari sumber yang benar dapat berakibat buruk. Masaah yang timbul sekarang ini dikalangan remaja mereka sangat berisiko terhadap sejumlah masalah sosial dan kesehatan reproduksi yaitu kenakalan remaja, pengangguran, perilaku seksual pranikah, Napzah dan HIV/AIDS.
Dengan makin banyaknya permasalahan sebagai femonema remaja membuat BKKBN mengambil 'langkah seribu' dalam upaya mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja.
"Permasalahan remaja yang ada sekarang ini mulai dari kehamilan, seks bebas, nikah dini, narkoba, merokok dan minuman keras”, kata Deputi BKKBN Bidang Kesejahteraan dan pemberdayaan keluarga Sudibyo Alimoeso, dalam siaran persnya yang diterima INILAH.COM, Rabu (4/4).
Sudibyo menjelaskan, persoalan terkait remaja sekarang ini cukup menarik perhatian publik baik masyrakat maupun para pengambil kebijakan. Misalnya akhir-akhir ini tentang kasus merokok pada anak-anak di bawah usia malah bisa dikatakan balita sering di ekspos oleh media massa.
"Hal ini harusnya menjadi suatu keprihatinan kita, karena perilaku buruk yang dimulai sejak usia kanak-kanak akan berdampak buruk pula hingga remaja," jelas Sudibyo.
Menurut Sudibyo, masalah remaja masih menjadi salah satu prioritas program BKKBN tahun ini. Karenanya, dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, pihaknya berupaya menciptakan model keluarga berkulitas dengan membidik 64 juta generasi muda usia 15-24 tahun untuk menjadi sasaran sosialisasi Generasi Berencana (GenRe), yaitu generasi yang dapat menunda usia perkawinan, berperilaku sehat, terhindar dari resiko seksualitas, HIV/AIDS dan NAPZA.
Program ini diharapkan dapat mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera dan menjadi contoh bagi teman sebayanya. Langkah yang dilakukan adalah melalui pembentukan PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) baik disekolah-sekolah, Universitas maupun organisasi kepemudaan.
Mengingat permasalahan ledakan penduduk yang dapat menjadi bom waktu dan kesehatan reproduksi remaja yang krusial, untuk itu dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat sangat diperlukan dalam penggalakkan PIK-R.
"Melalui PIK-R, remaja akan memperoleh informasi dan konseling tentang reproduksi sehat dan memperoleh rujukan bila ada permasalahan terkait kesehatan reproduksi," pungkas Sudibyo.